Selasa, 10 November 2020

Sedih

 bapak aku tidak bekerja, dia hanya serabutan.

saat aku kelas 6 SD, bapak aku sangat aktif di partai politik. Bapak aku sering kali ke kantor cabang parpol tersebut, bahkan saat pemilu bapak aku ikut serta kampanye, menyebarkan spanduk dan sticker capres dan cawapres di parpol tersebut. Aku yang saat itu kelas 6 sering kali ikut dan entah kenapa aku sangat senang membawa itu atribut (terutama sticker, karena aku bisa ikut menempel sticker).

Dan waktu itu kalau tidak salah tahun dimana ada pencalonan DPRD. Bapak aku turut serta menjadi calon DPRD. Dengan background bapak saya tidak bekerja tapi aku sangat tahu pengetahuan dan wawasan bapak aku sangat luas. Saat aku kesusahan bapak aku di pelajaran, bapak aku sangat membantu aku. Bapak aku sangat mendukung akademik anaknya, karena bapak aku tidak ingin anaknya seperti bapak aku. 

Bapak aku mencalonkan diri menjadi DPRD dan dia tidak memiliki modal. Bahkan bapak aku tidak memiliki spanduk dan sticker karena tidak memiliki modal. Bapak aku hanya bermodalkan kertas print dan fotokopi saja. Bapak aku tidak didukung oleh saudara-saudaranya karena mereka tahu bapak aku tidak punya modal. Bapak aku berkampanye dengan cara silaturahmi. Sempat bapak aku menitipkan beberapa lembar kertas kampanyenya, berharap aku bisa menyebarkan ke teman sekelas aku. Namun sepulang sekolah aku tidak menyampaikan amanah bapak aku tersebut dan aku berbohong sudah menyampaikannya. 

Dan setelah aku dewasa, aku merasa sangat berdosa karena aku merasa sama dengan saudara bapak aku yang tidak percaya dan tidak mendukung. Aku merasa kasian dengan bapak aku, bukan salah bapak aku tidak bekerja, karena aku merasakan hal yang sama di dunia kerja bagaimana sulitnya mendapatkan pekerjaan padahal di era aku ini sudah lebih canggih.

Pernah suatu ketika, bapak aku mencoba ikut temannya untuk bekerja mengontrol penumpang bis. aku sangat senang mendengar bapak aku kerja, meskipun hanya mengontrol bis, tapi aku bangga. namun baru beberapa hari bapak aku tidak melanjutkan pekerjaan itu, setelah diselidiki oleh ibu aku, ternyata bapak aku disuruh membayar uang agar bisa diterima. bapak aku yang saat itu tidak punya uang, tidak mau berbicara ke ibu aku karena khawatir ditolak. Setelah ibu aku tau, ibu aku agak kecewa kenapa bapak aku tidak jujur ke ibu aku kalau disuruh membayar. 

kadang aku sedih melihat bapak aku yang dipandang sebelah mata. aku kasian kalau melihat bapak aku di mojokerto selalu disindir. menurut aku, bukan bapak aku yang tidak mau ke mojokerto, tapi mungkin bapak aku merasa tidak nyaman dengan pandangan saudara yang ada di mojokerto. 

0 komentar:

Posting Komentar